Menghidupkan Kembali Gerakan Kepanduan

Menghidupkan Kembali Gerakan Kepanduan ditulis oleh Salahuddin Wahid, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng

(Tulisan dan pendapat beliau yang tidak sempat diwujudkan)

Menghidupkan kembali kepanduan - hwkalsel
Tanggal 25 Juli 2009 berlangsung reuni para anggota Kontingen Pandu Indonesia ke Jambore Pandu Dunia ke X yang berlangsung pada 17-26 Juli 1959 di Makiling, Laguna, Filipina. Reuni yang sama pernah diadakan pada 25 Juli 1999.

Kontingen Indonesia terdiri dari sembilan orang Gugus Pimpinan dengan Dr Soedarsono sebagai Kepala Misi, 42 orang Pandu Gugus Perintis, 20 orang anggota Gugus Training Centre (Departemen Agama). Rombongan berangkat menggunakan kapal DKN 502 milik Kepolisian dengan awak 20 orang. Dalam perjalanan 11 hari dari Jakarta ke Manila sempat hilang (lepas kontak) selama beberapa hari saat menempuh badai selepas Selat Sulawesi.

Rombongan terdiri dari anggota organisasi kepanduan Pandu Rakyat Indonesia, Kepanduan Ansor, Hizbul Wathan, Pandu Islam, KBI, Bhayangkara, Pandu Katholik, Pandu Kristen, dan Pandu Al Wasliyah. Saya, Rozy Munir, dan beberapa kawan mewakili Kepanduan Ansor. Pandu Rakyat Indonesia diwakili oleh Dono Iskandar (mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia) dan kawan-kawan. Sepulang dari jambore, kontingen sempat diterima oleh Bung Karno di Istana Merdeka.

Para peserta jambore itu dan banyak lagi tokoh lain seperti Jenderal Sudirman, Robert Monginsidi, Dr Muwardi, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Dr Azis Saleh; merasakan manfaat yang besar dari gerakan kepanduan. Kegiatan kepanduan berperan penting dalam membentuk karakter para pandu, yang merupakan bagian dari upaya membentuk karakter bangsa. Kepanduan mendidik remaja untuk mandiri, disiplin, setia, hemat dan cermat, sopan dan perwira, saling membantu, jujur, dan menepati janji.

Sayang sekali seluruh organisasi kepanduan yang ada harus dibubarkan pada pertengahan 1961 untuk kemudian melebur menjadi Pramuka. Awalnya Menteri PPK Priyono mengusulkan kepada BK untuk membentuk pionir sebagai ganti kepanduan, meniru Rusia. Menurut Priyono, organisasi kepanduan yang bermacam-macam itu membuat kepanduan terkotak-kotak.

Pendapat itu tidak benar. Seluruh organisasi kepanduan itu bergabung kedalam Ipindo (Ikatan Pandu Indonesia) kecuali KPI yang berafiliasi kepada PKI. KPI ditolak oleh Ipindo karena tidak bersedia mencantumkan asas Ketuhanan YME. Walaupun berbeda-beda, organisasi kepanduan itu tetap bersatu. Niat Priyono memberi nama pionir itu ditentang oleh Sultan HB IX, yang mengusulkan nama Pramuka. Dengan adanya Pramuka, terjadi penyeragaman yang bertentangan dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

Setelah tidak aktif dalam kepanduan, saya bergabung dengan beberapa kawan mantan Pandu di Bandung, yang pada tahun 1964 mendirikan perhimpunan pendaki gunung Wanadri. Di kota lain banyak kawan yang mendirikan organisasi pecinta alam.

Darmanto Djojodibroto, anggota Pandu Rakyat Indonesia pada tahun 1960-an awal dan kini menjadi dokter di Kuching, Malaysia, mengunjungi Jambore Pandu Dunia ke XXI di Chelmfort England pada 2007. Darmanto mengusulkan untuk menghidupkan kembali gerakan kepanduan.

Pada era reformasi, organisasi kepanduan Hizbul Wathan (HW) berdiri kembali walaupun belum tersebar secara merata seperti dulu. Pandu Rakyat Indonesia, Kepanduan Ansor, Pandu Islam Indonesia, KBI, Pandu Katolik, dan lain-lain belum dihidupkan kembali. Dengan berdirinya kembali HW, berarti organisasi kepanduan yang lain juga boleh berdiri kembali.

Sumber : kumpulan materi seminar Hizbul Wathan

Posting Komentar untuk "Menghidupkan Kembali Gerakan Kepanduan"